![]() |
Sumber Gambar: Sentra Al-Qur'an |
Dalam coretan ini, sang Empu akan membahas hukum memegang al-Qur'an terjemah. Memang, tidak bisa dipungkiri al-Qur'an terjemah sangat dibutuhkan. Apalagi seperti kita, orang Nusantara, yang tidak bisa berbahasa Arab, maka untuk mengetahui artinya harus memakai al-Quran terjemah.
Namun permasalahanya adalah, apakah al-Qur'an terjemah sama dengan al-Qur'an biasa (tanpa terjemah). Sehingga, bila ingin memegangnya harus suci dulu (berwudhu').
Dalam menjawab permasalahan ini, Empu blog meruju' pada kitab karya ulama' Nusantara, Syeikh Nawawy al-Bantany. Beliau menuliskan dalam kitab Nihayatuz Zain hal. 30, bahwa al-Qur'an terjemah sama dengan al-Qur'an biasa. Ulama yang masyhur kealimanya di dunia ini berpendapat, bahwa hukumnya tafsir tidak bisa diberikan pada al-Qur'an terjemah. Sehingga, bila ingin menyentuhnya harus bersuci dulu.
Referensi: Nihayatuz Zain, Hal.30.
أما ترجمة المصحف المكتوبة تحت سطوره فلا تعطي حكم التفسير بل تبقى للمصحف حرمة مسه وحمله كما أفتى به السيد أحمد دحلان حتى قال بعضهم: إن كتابة ترجمة المصحف حرام مطلقاً سواء كانت تحته أم لا فحينئذ ينبغي أن يكتب بعد المصحف تفسيره بالعربـية ثم يكتب ترجمة ذلك التفسير