Diumur yang memasuki 24, penulis baru kali ini merasakan cinta yang begitu hebat, oleh teman-temanya disebut puber telat. Penulis bingung, bagaimana dan apa cinta itu? ada relasikah terhadap nafsu dan bisikan syetan?. Sehingga ketika penulis ditanya tentang cinta, spontan dijawab dengan pernikahan.
Mumpung terkena badai cinta, penulis mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan mengamati pergerakan hati penulis dan obyek yang terkena badai cinta. Penulis mendapatkan, mahluk hidup memang dianugerhai cinta yang bersumber dari rahmatnya Tuhan. Tapi, umumnya cinta tersebut bersandingan dengan nafsu, tinggal bagaimana sang pelaku mengontrolnya agar menjadi nafsu yang tenang (muthmainnah), bukan nafsu yang memerintah keburukan (amaroh).
Menurut penulis, cinta yang hakiki tidak membutuhkan balasan dari orang yang dicintai, baik balasan berupa cinta, materi, atau perilaku. Sehingga ketika seseorang yang jatuh cinta, tak perlu mengungkapkan isi hatinya bila memang belum waktunya menikah. Pendapat seperti ini mengakibatkan kesimpulan cintanya anak muda sekarang belum mencapai derajat hakiki.
Kenapa penulis berpendapat seperti ini?. Bila seseorang jatuh cinta, pasti ada hasrat agar dicintai dan memiliki yang dicintai. Mungkin hasrat inilah yang bila terpenuhi, cinta terasa nikmat (maaf, untuk yang ini, penulis belum bisa memastikan, karena memang belum merasakan). Biasanya hasrat ini menggebu. Hasrat inilah yang dianggap penulis sebagai nafsu atau bisa dibilang tamak. Bila nafsu ini tidak terkontrol, bisa menjadi nafsu amaroh yang berujung pada permusuhan antar insan. Bila keadaannya demikian, berarti cintanya masih cinta transaksi, cinta yang membutuhkan imbalan. Bahkan, menurut penulis, kasih sayang orang tua terhadap anaknya yang berharap agar anaknya membalas kebaikannya termasuk dalam kategori kasih sayang transaksi (belum ikhlas 100%), walaupun sangat dimaklumi untuk sekelas orang tua (pendapat ini jangan disampaikan kepada orang tua, bisa berujung pendurhakaan).
Lantas apa yang harus dilakukan orang yang sedang bercinta?. Cukup doakan saja orang yang dicintai agar keadaanya sehat dan menjadi orang yang sholih/sholihah. Sehingga kelak diakhirat orang yang dicintai akan tersenyum, dan orang yang mencintai juga tersenyum, Karena melihat orang yang dicintai bisa tersenyum.
Inti dari cinta hakiki adalah tersenyum ketika melihat yang dicintai tersenyum, bersedih bila melihatnya bersedih, lebih-lebih tersenyum ketika diakhirat, bukan untuk memilikinya atau mendapatkan balasan cinta. Puncak cinta hakiki ini teruji ketika keduanya saling mencintai dan menuju pelamaran, akan tetapi salah satu darinya merasa yakin bahwa yang dicintai akan sengsara bila bersama dia, maka dia harus rela melepaskannya. Biarlah dia sakit hati sementara, tetapi untuk kebahagiaan yang lebih lama.
Yang sangat ditakutkan oleh penulis adalah ketika seseorang mengungkapkan isi hatinya belum pada waktunya, baik diterima atau tidak, pasti nafsu dan syetan merasa mendapatkan hidangan yang lezat. Bila diterima, sudah jelas keburukanya bahkan hingga pergaulan bebas dan bila tidak diterima akan terjadi permusuhan antar insan. Ini terjadi bila tidak memiliki cinta hakiki serta tidak pandai mengontrol nafsu. Jadi cinta hakiki tidak akan mengenal kata sakit hati. Bila sakit hati, berarti tidak hakiki.
ampun kesupen, tulung beri komentar!!!
0 komentar:
Post a Comment