Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menilai pemerintah Joko Widodo harus berhati-hati dalam menjalin hubungan bilateral dengan Cina. Ini berkaitan dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.
Fahri menilai Trump bakal banyak menghadapi persoalan dengan Cina dalam ekonomi dan politik di Laut Cina Selatan. "Di Asia Tenggara, ia harus berpikir Indonesia. Negara paling kuat dengan skala ekonomi yang memadai cuma kita," kata Fahri di pusat kebudayaan Amerika, @america, Pacific Place, Jakarta, Rabu, 9 November 2016.
Fahri menilai Trump adalah presiden yang pragmatis dan akan mencari kawan baru untuk menghadapi Cina. "Maka saya juga bilang hati-hati buat Pak Jokowi, karena itu sangat pragmatis. Kalau terlalu pro-Cina karena modal yang murah, bisa-bisa ia (Trump) mencari sahabat baru," ucapnya.
Trump, yang diusung Partai Republik, dipastikan menjadi pengganti Barack Obama setelah mengalahkan Hillary Clinton, calon presiden dari Partai Demokrat. Kepastian ini didapat setelah electoral college Trump melewati angka 274.
Fahri berujar, hasil pemilu tersebut harus disambut baik sebagai dinamika dari masyarakat Amerika. Sebab, tutur dia, negara Barat secara umum sedang terjepit menghadapi benturan materialisme Cina, benturan ideologi, dan persoalan imigran.
"Negara Barat terjepit materialisme Cina yang meng- overcome ekonomi Barat satu per satu," katanya.
Kepentingan Trump, menurut Fahri, akan sangat pragmatis untuk mengembalikan persoalan lapangan pekerjaan ke dalam negaranya. "Dia akan mengembalikan ekonomi Amerika lebih independen. Dia akan mencari kawan menghadapi Cina, dan agenda ini sangat pragmatis," ucap politikus Partai Keadilan Sejahtera ini.
ARKHELAUS W.
Sumber: TEMPO
0 komentar:
Post a Comment