![]() |
Sumber Gambar: Catatan Kecil |
Seperti biasa pada pagi hari, Selasa (07/02/17), Eyang Blog mengikuti pengajian di Paculgowang Jombang. Setelah kembali dari mengikuti pengajian tadi, teman-teman Eyang Blog berteriak, "Bancakane rek bancakane rek" (syukurannya rek, red).
Mereka meminta Eyang Blog untuk syukuran, karena hari itu hari ulang tahunnya. Dengan santai Eyang Blog menjawab, "Ok, tapi modalnya pakai uang kotak amal ha ha ha!". Walaupun Eyang Blog menjawab demikian, tentu mereka tidak berani mengambilnya. Jaluk ditabok Malaikat ta, nak wani jupuk haha (Berani ditampar Malaikat apa, kalau berani mengambil, red).
Eyang Blog bukannya tidak mau syukuran, tapi syukurannya nanti akan dibarengkan dengan yang lain. Karena, Eyang Blog mau mengadakan gawe besar yang jenisnya juga syukuran. Bukankah ada kaedah fikih:
ﺇﺫَﺍ ﺍﺟْﺘَﻤَﻊَ ﺃَﻣْﺮَﺍﻥِ ﻣِﻦْ ﺟِﻨْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺨْﺘَﻠِﻒْ ﻣَﻘْﺼُﻮﺩُﻫُﻤَﺎ ﺩَﺧَﻞَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧَﺮِ ﻏَﺎﻟِﺒًﺎ
(Bila dua perkara dari satu jenis berkumpul sedangkan tujuan keduanya tidak berbeda, maka umumnya salah salah satu dari keduanya bisa masuk pada satu yang lainya).
Tapi, walaupun sekarang belum bisa syukuran dengan materi, Eyang Blog tetap ingin syukuran. Hanya saja, syukurannya melalui tulisan ini.
Berhubung Eyang Blog memasuki usia ke-26 (jebule aku wes tuek he he), maka tulisan ini disesuaikan dengan kebutuhan Eyang Blog nanti, yaitu golek jodoh (cari jodoh). Monggo dinikmati tulisan yang dijadikan bancakan ini.
Dalam tulisan ini, Eyang Blog akan mengupas pesan Baginda Nabi SAW dari keilmuan kedokteran dan psikologi. Nabi Muhammad SAW bersabda:
َ قَالَ: «تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا, وَلِحَسَبِهَا, وَلِجَمَالِهَا, وَلِدِينِهَا, فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Nabi SAW bersabda: ‘Seorang wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena derajatnya, karena cantiknya dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, niscaya beruntunglah kamu.‘
Imam Nawawy menjelaskan, dengan hadits ini Baginda SAW mengabarkan, bahwa umumnya manusia menikahi seseorang karena 4 perkara tadi. Baginda Nabi SAW menganjurkan agar menikahi seseorang karena agamanya. Karena, orang yang berteman dengan orang saleh bisa memperoleh faedah dari ahlaknya, berkahnya, dan tentunya terlepas dari keburukannya.(1)
Melihat keterangan Imam Nawawy tersebut, bisa diambil kesimpulan, bahwa manfaat berteman dengan orang saleh tersebut diperuntukkan bagi suami/istri dari orang yang saleh. Kemudian, bagaimana dengan keturunannya? Apakah mendapatkan faedahnya juga?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Eyang Blog mengambil referensi dari buku yang ia punya.
Bagi mahasiswa kedokteran, pasti pernah membahas materi kuliah yang bernama gen. Gen adalah unit hereditas dalam organisme hidup. Biasanya, gen berada pada hamparan DNA yang merupakan kode untuk suatu jenis protein atau untuk sebuah rantai RNA yang memiliki fungsi dalam organisme.(2)
Setiap individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan bawaan sejak lahir. Bawaan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang tuanya dan tidak dapat direkayasa.(3)
Adapun warisan atau turunan tersebut yang akan Eyang Blog singgung disini adalah sifat, intelegensia dan bakat.
Mungkin, pembaca sudah sering melihat ada anak yang memiliki sifat sama persis dengan orang tuanya. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan lain sebagainya, itu semua adalah berkat pembawaan gen yang berasal dari orang tuanya.(4)
Turunan selanjutnya yaitu intelegensia. Istilah intelegensia berasal dari kata latin intelligence yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Intelegensia adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi masalah. Kemampuan tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis, misalnya seperti berpikir abstrak, mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.(5)
Kemudian bakat. Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosial, agama dan lain sebagainya. Bakat, sebagaimana intelegensia, merupakan warisan dari orang tua, nenek, kakek dari pihak ibu dan bapak.(6)
Namun, bawaan yang didapatkan dari orang tua tidak serta merta bisa berkembang. Dalam buku psikologi agama yang dimiliki Eyang Blog dijelaskan, bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Bayi yang tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur, akan kehilangan kemampuan untuk berkembang secara normal, walaupun ia memiliki potensi untuk bertumbuh dan berkembang serta potensi-potensi lainya.(7)
Ahli psikologi anak Perancis pernah meneliti bayi manusia yang diasuh serigala. Setelah bayi tersebut berusia kanak-kanak, ditemukan tidak menunjukkan kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh manusia pada usianya. Dia tidak mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman seperti serigala. Cara berjalannya merangkak dan cara makannya dengan menjilat. Gigi serinya lebih runcing menyerupai serigala.(8)
Penelitian tersebut menunjukkan bagaimana pengaruh pendidikan, baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembetukan kebiasaan terhadap masa depan perkembangan seorang anak. Jadi, meskipun bayi tadi dibekali potensi kemanusiaan, namun dilingkungan pemeliharaan serigala potensi tersebut tidak berkembang.
Dari sini bisa diambil kesimpulan, selain mendapatkan manfaat dari teman hidup yang sholeh/ah, tujuan dari pesan Baginda Nabi SAW adalah agar kita mendapatkan keturunan berkualitas emas, bukan watu (batu). Bagaimana? Pesan Baginda Nabi SAW sangat indah bukan?
Kang/mbak santri...! Mungkin, ini tadilah penyebabnya kenapa anak macan (sebutan bagi putra/inya kiai) nantinya juga menjadi macan. Bisa seperi itu, kalau anak macannya hidup dilingkungan yang menjadikan macan, kalau lingkunganya mendukung untuk menjadi keledai, ya jadi keledai. Begitu juga sebaliknya. InsyaAlloh.
والله اعلم بالصواب
____________________________
1. Abu Zakaria Muhyiddin bin Syarof anNawawy, Syarh Shohih Muslim, Beirut: Dar Ihya' atTurots, Vol:10, hlm: 51-52.
2. Sitiatava Rizema Putra, Rahasia Kejaiban Gen, Yogyakarta: Bukubiru, hlm: 13.
3. Ibid, hlm: 49.
4. Ibid, hlm: 50.
5. Ibid, hlm: 52.
6. Ibid, hlm: 53.
7. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo, hlm: 291.
8. Ibid, hlm: 291.
الصَّحِيحُ فِي مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَ بِمَا يَفْعَلُهُ النَّاس فِي الْعَادَةِ فَإِنَّهُمْ يَقْصِدُونَ هَذِهِ الْخِصَالَ الْأَرْبَعَ وَآخِرُهَا عِنْدَهُمْ ذَاتُ الدِّينِ فَاظْفَرْ أَنْتَ أَيُّهَا الْمُسْتَرْشِدُ بِذَاتِ الدِّينِ لَا أَنَّهُ أَمَرَ بِذَلِكَ قَالَ شِمْرٌ الْحَسَبُ الْفِعْلُ الْجَمِيلُ لِلرَّجُلِ وَآبَائِهِ وَسَبَقَ فِي كِتَابِ الْغُسْلِ مَعْنَى تَرِبَتْ يَدَاكَ وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ الْحَثُّ عَلَى مُصَاحَبَةِ أَهْلِ الدِّينِ فِي كُلِّ شَيْءٍ لِأَنَّ صَاحِبَهُمْ يَسْتَفِيدُ مِنْ أَخِلَاقِهِمْ وَبَرَكَتِهِمْ وَحُسْنِ طَرَائِقِهِمْ وَيَأْمَنُ الْمَفْسَدَةَ من جهتهم
3. Ibid, hlm: 49.
4. Ibid, hlm: 50.
5. Ibid, hlm: 52.
6. Ibid, hlm: 53.
7. Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo, hlm: 291.
8. Ibid, hlm: 291.
0 komentar:
Post a Comment