Oleh: Zulfa Ilmiah
Mana mungkin aku melupakan hari itu, hari terakhir kau mendoakan aku. Pada malam itu, sunyi senyap dan dingin, di balik bilik itu kau masih terjaga. Aku duduk di samping ranjang dan tersenyum perih, menatapmu lekat-lekat. Wajah yang selama ini mengisi hari-hariku, kini terbaring tak berdaya.
Kuraih tanganmu, dan kugenggam erat tangan keriput yang selama ini menengadah untuk mendoakanku, terasa hangat dan nyaman. Oh Tuhan!, betapa pilu hati ini, seakan seperti hujan di pagi buta. Tiba-tiba pipi ini basah oleh titik-titik bening.
Dia menatapku lalu mulai berbicara dengan suara parau dan sedikit terbatuk, dia tetap melanjutkannya. ''...............''
Aku tertunduk dan tak sanggup berkata apapun. Pesan-pesan dan doa-doanya tak pernah kulupakan. Kan selalu kudekap dalam rengkuhan ingatan ku.
0 komentar:
Post a Comment