Akhir-akhir ini Kang Lentera memang lagi demen sama pahlawan satu ini. Berawal dari buku Kartini Nyantri, akhirnya Beliau masuk ke hati. Upss, hehehe
Rasanya tuh tatkala baca buku itu, seakan-akan Beliau itu ada di sampingku. Sedihnya kurasakan, bahagianya juga. Eit, jangan salah anggap dulu! Walaupun sudah tumbuh roso tresno kaleh Beliau, tapi bukan berarti kulo bade mempersunting Beliau. Aku tidak gila, teman...! Wkwk
Sudahlah, ungkapan isi hati ini tak perlu diperpanjang. Bok dianggep gendeng ngko!. Di sini Kang Lentera ingin mengungkapkan beberapa bukti, ternyata RA. Kartini juga NU. Walaupun NU secara kultural, karena di zaman Beliau hidup, NU yang struktural belum terbentuk secara resmi.
Perjuangan dan pemikiran RA. Kartini bisa terungkap dari surat-suratnya Beliau. Surat-surat tersebut dikirim ke sahabat-sahabat pena Beliau di Eropa. Salah satu sahabat Beliau adalah Mr. J.H. Abendanon. Beliau jugalah yang mengumpulkan dan membukukan surat-surat tersebut, dan diberi nama "Habis Gelap Terbitlah Terang".
Begitu juga, kultur keagamaan Beliau terungkap dengan adanya surat-surat tersebut. Surat RA. Kartini yang ditujukan ke Mr. J.H. Abendanon, Agustus 1900, menjelaskan bahwa RA. Kartini mengikuti kegiatan ziarah. Kegiatan ini adalah ciri khas warga nahdhiyin (sebutan warga NU). Berikut cuplikan isi surat yang dikirimkan:
"Pada awal bulan puasa, kalau orang tuanya (Kartini) pergi berziarah, dia dan saudara-saudaranya yang perempuan boleh ikut."
Kegiatan ciri khas nahdhiyin selanjutnya yang diamalkan Pahlawan yang merupakan keturunan Baginda Nabi Saw. bermarga Habsyi ini adalah wasilah dengan para tokoh tatkala ada hajat. Cuman, sebenarnya tatkala mengamalkan wasilah ini yang mempunyai hajat adalah temannya RA.Kartini, Annie namanya.
Annie berkeinginan agar bisa pergi dari Jepara. Oleh RA. Kartini, Annie disarankan agar berwasilah dengan Sunan Mantingan yang tidak lain leluhur Kadipaten Jepara, dengan membawa bunga untuk ditaburkan pada makamnya. Setelah mengamalkan ini, atas izin Allah Swt. Annie akhirnya bisa pergi dari Jepara. Dia bisa pergi ke Bogor. Peristiwa ini tercatat dalam surat RA. Kartini yang dikirimkan ke R.M Abendanon Mandri, 02 September 1902.
Selain dari yang tersebut di atas, yang sangat cukup untuk membuktikan bahwa RA. Kartini itu NU adalah tatkala Beliau mengikuti shalat istisqa' dan tatkala ada rumah yang tidak jadi terbakar. Keyakinan Beliau yang menurunkan hujan dan yang menyelamatkan rumah dari kebakaran sejatinya adalah Allah Swt..
Dua kejadian itu berkat wasilah dengan Beliau. Dalam shalat istisqa, beberapa kali diadakan shalat istisqa' tanpa kehadiran Beliau, namun hujan tidak turun. Tatkala Beliau mengikuti shalat istisqa', hujan pun turun. Begitu juga dengan terselamatkannya rumah dari kebakaran juga berkat doa Beliau, padahal pepohonan yang ada di depan rumah sudah terbakar. Peristiwa ini terekam dalam surat Beliau yang dikirimkan untuk Mr.J.H Abendanon Mandri dan Nyonya R.M. Abendanon Mandri tahun 1903 dan 1902.
Antara saran RA. Kartini kepada Annie untuk berwasilah dengan Sunan Mantingan dan keyakinan bahwa yang menurunkan hujan dan yang menyelamatkan dari kebakaran adalah Allah Swt. ini bisa diambil kesimpulan, bahwa pemikiran Beliau sangat sesuai dengan keterangan yang ada pada kitab Mafahim Yajib An Tushahhah, karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, seorang ulama' sunni yang menjadikan rujukan amaliyah NU. Kitab tersebut menerangkan bahwa wasilah itu boleh namun keyakinan harus tetap kepada Allah Swt.., bila tidak, maka syirik.
Bagaimana? Apakah pembaca sudah menjadi NU? kalau sudah, maka patut bersyukur. Karena, dengan ber-NU, kita sudah mewarisi tradisi kegamaan para pendiri dan pahlawan bangsa yang sudah pasti warisan dari Baginda Nabi Muhammad Saw.. Bila belum ber-NU, maka segeralah ber-NU. Sehingga, selain Anda beragama, Anda juga berbangsa.
Harapan Kang Lentera, doakan agar bisa bertemu dengan RA. Kartini, walaupun sekedar bertemu dengan makamnya...! Hehehe
Dua kejadian itu berkat wasilah dengan Beliau. Dalam shalat istisqa, beberapa kali diadakan shalat istisqa' tanpa kehadiran Beliau, namun hujan tidak turun. Tatkala Beliau mengikuti shalat istisqa', hujan pun turun. Begitu juga dengan terselamatkannya rumah dari kebakaran juga berkat doa Beliau, padahal pepohonan yang ada di depan rumah sudah terbakar. Peristiwa ini terekam dalam surat Beliau yang dikirimkan untuk Mr.J.H Abendanon Mandri dan Nyonya R.M. Abendanon Mandri tahun 1903 dan 1902.
Antara saran RA. Kartini kepada Annie untuk berwasilah dengan Sunan Mantingan dan keyakinan bahwa yang menurunkan hujan dan yang menyelamatkan dari kebakaran adalah Allah Swt. ini bisa diambil kesimpulan, bahwa pemikiran Beliau sangat sesuai dengan keterangan yang ada pada kitab Mafahim Yajib An Tushahhah, karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, seorang ulama' sunni yang menjadikan rujukan amaliyah NU. Kitab tersebut menerangkan bahwa wasilah itu boleh namun keyakinan harus tetap kepada Allah Swt.., bila tidak, maka syirik.
Bagaimana? Apakah pembaca sudah menjadi NU? kalau sudah, maka patut bersyukur. Karena, dengan ber-NU, kita sudah mewarisi tradisi kegamaan para pendiri dan pahlawan bangsa yang sudah pasti warisan dari Baginda Nabi Muhammad Saw.. Bila belum ber-NU, maka segeralah ber-NU. Sehingga, selain Anda beragama, Anda juga berbangsa.
Harapan Kang Lentera, doakan agar bisa bertemu dengan RA. Kartini, walaupun sekedar bertemu dengan makamnya...! Hehehe
0 komentar:
Post a Comment